Kamis, 07 Juni 2012

APLIKASI PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN

BAB I 
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 
Pada dasarnya pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Bila di lihat secara etimologi atau secara bahasa maka dalam islam pendidikan berasal dari kata Tarbiyah, dengan kata kerja Rabba yang memiliki makna mendidik atau mengasuh. Jadi Pendidikan dalam Islam adalah Bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal anak didik sehingga bisa terbentuk pribadi muslim yang baik.ini artinya bahwa ada tujuan yang akan di capai dalam proses pendidikan tersebut, salah satunya adalah menciptakan manusia yang bermoral dan berintelektual. Dari uraian ini jelasalah kiranya, bahwa masalah pendidikan adalah masalahnya setiap orang dari dulu hingga sekarang, dan diwaktu-waktu yang akan datang. Adalah keharusan bagi setiap yang bertanggung jawab, bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan “keadaan” si anak didik. Namun pada kenyataannya, proses yang dilakukan justru semakain sulit untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Tidak sedikit anak yang sekian lama hidup dalam lingkungan pendidikan serta tetap dan terus mendapat pendidikan baik yang bersifat rohani maupun jasmani. Namun pada akhirnya tidak sedik yang justru melanggar nilai-nilai agama, sosial dan norma kesusilaan, hal ini salah satunya disebabkan dalam pelaksanaan dan penerapan serta pendekatan dalam proses pendidikan, para pendidik kurang atau bahkan tidak memperhatikan perkembangan psikologi anak didik, yang pada hakekatnya perkembangan psikologi sangat berperan dan berpengaruh serta memudahkan para pendidik dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak didik mereka, sehingga aplikasi psikologi sangatlah penting khususnya dalam hal pendidikan. 
B. Rumusan Masalah Adapun masalah-masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, antara lain : 
1. Bagaimana cara mengaplikasikan psikologi dalam pendidikan? 
2. Bagaimana metode mengaplikasikan psikologi dalam pendidikan? 

BAB II 
PEMBAHASAN 

A. Periode – Periode Perkembangan dan Aplikasinya dalam Pendidikan. 
Setiap manusia dilahirkan tanpa ada pengetahuan sedikitpun dan belum memiliki kemampuan yang besar untuk melakukan sesuatu, sebab hal itu harus melalui sebuah proses dan fase-fase perkembangan. Namun dalam hal ini kami hanya terfokus kepada fase-fase yang sifatnya penunjang dalam proses pendidikan demi tercapainya tujuan dari pendidikan itu sendiri sekalipun tidak dapat dipungkiri bahwa setiap fase sedikit banyaknya memiliki peranan dan pengaruh dalam pembentukan pribadi seorang anak. Selanjutnya dari ketidak tahuan itulah yang kemudian menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang terdorong untuk belajar, meskipun masih ada beberapa factor-faktor lain yang menjadi pendorong dalam belajar diantaranya :  Menurut Arden N.frandsen bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah : adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.  Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.  Adanya keinginan unutuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman.  Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.  Adanya keinginan mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.  Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. Menurut Maslow bahwa motif-motif untuk belajar itu adalah :  Adanya kebutuhan fisik.  Adanya kebutuhan dari rasa aman, bebas dari kekhawatiran.  Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan terhadap hubungan dengan orang lain.  Adanya kebutuhan untuk mendapat penghormatan dari masyarakat.  Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan tersebut atau untuk menjawab dan memenuhi factor-faktor tersebut, maka tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak anak manusia yang pertama lahir ke dunia, telah ada dilakukan usaha-usaha pendidikan. manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya, kendatipun dalam cara yang sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia sanggup bergaul, telah ada usaha-asaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu dalam mempengaruhi orang-orang lain, teman bergaul mereka. Untuk kemajuan kepentingan orang bersangkutan itu. Dari uraian ini jelasalah kiranya, bahwa masalah pendidikan adalah masalahnya setiap orang dari dulu hingga sekarang, dan diwaktu-waktu yang akan datang. Adalah keharusan bagi setiap yang bertanggung jawab, bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan “keadaan” si anak didik. Bayak kesalahan yang kadang terjadi dalam hal atau dalam masalah proses pendidikan. profesionalitas serta pemahaman dalam memberikan pendidikan kepada anak didik sering menjadi hal yang langka dan rumit bagi sebagian besar pendidik.hal ini dapat dilihat dari respon kebanyakan anak-anak khususnya kepada anak yang sudah duduk dibangku sekolah. Mungkin berawal dari sebuah kenakalan kecil namun pada akhirnya hal itu menjadi karakteristik yang melekat dalam diri seorang anak. Lalu pertanyaannya, siapakah yang bertanggung jawab akan hal tersebut? Adapun dimaksud yang bertanggung jawab dalam pengertian ini adalah orang tua.sedangkan para guru atau pedidik lainnya adalah merupakan perpanjangan tangan orang tua.maksudnya, tepat tidaknya para guru atau pedidik yang dipilih oleh orang tua untuk mendidik anak-anak mereka sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua.maka pendidikan islam meletakkan dasarnya pada rumah tangga. Akan tetapi perlu di ingat, bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada pemberian pemahaman, tapi lebih lanjut kepada aplikasi dari pemahaman itu sendiri. Ini artinya bahwa pendidikan adalah usaha untuk membuat peserta didik menjadi berpengetahuan dan bermoral serta berakhlak yang baik. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional, yang tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 3 yang berbunyi : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampun dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangasa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berimaan dan bertaqwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis”. Langkah yang paling tepat untuk sampai kepada tujuan dari pendidikan tersebut maka hal itu harus dilakukan sejak anak basih usia dini bahkan semenjak masih bayi. Yang tentunya hal itu tidak dapat di lakukan melainkan hanya dirumah dan juga hanya dapat dilakukan oleh orang tua dari setiap anak. Hal ini berarti, bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling esensial. Peranannya dalam perkembangan anak lebih besar daripada peranan sekolah. Sebab sejak dini dalam masa kehidupannya yang esensial ini anak memperolah sesuatu, dan jangka waktu yang dihabiskan anak lebih banyak di rumah daripada di tempat-tempat lain. Di samping itu kedua orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak. Pada masa kanak-kanak pertama, anak hanya menerima bimbingan dari kedua orang tuanya. Ia tidak keluar rumah kecuali dengan keduanya. Ia tidak melihat manusia yang lebih agung daripada orang tuanya. Allah telah menyediakan semua kesempatan ini bagi kedua orang tua. Agar dapat menjaga fitra yang baik pada diri anak. Kemudian Allah juga menjadikan tanggungjawab bagi kedua orang tua tentang pertumbuhan anak dengan pertumbuhan yang sehat. Berbicara tentang pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, maka tentu berbicara tentang psikologi.sebab psikologi tidak lain adalah psikolog adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk dapat memperlakukannya dengan lebih baik. Karena itu, pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap, pendidik, sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang psikologi pendidikan.mengingat setiap orang pada suatu saat tentu melakukan perbuatan mendidik, maka pada hakekatnya psikologi pendidikan itu di butuhkan oleh setiap orang. Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche berarti ”jiwa”, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Namun apabila mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya objek yang dipelajari maka tidaklah tepat mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa karena jiwa bersifat abstrak. Oleh karena itu yang sangat mungkin dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yaitu dalam wujud perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan dasar ini maka psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Berbicara lebih lanjut tentang psikologi, terdapat fase-fase dan klasifikasi dalam psikologi itu khsusnya periode perkembangan. Dalam system klasifikasi yang paling banyak di pakai, periode perkembangan meliputi periode infancy (bayi), early childhood (usia balita), middle and late childhood (periode sekolah dasar), adolescence (masa remaja), early adulthood . 
a ). Infancy adalah periode dari kelahiran sampai usia dua puluh empat bulan .ini adalah masa ketika anak sangat bergantung kepada orang tuanya.banyak aktivitas, serta perkwembangan bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan pembelajaran social, baru di mulai. Mengetahui keadaan anak, tentunya orang tua harus menggunakan periode ini dimana anak sangat bergantung kepada orangf tuanya. hal ini berarti bahwa,ketergantungan anak pada masa ini akan menjadi bekal atau modal bagi seorang anak saat memasuki periode berikutnya. Banyak aktifitas yang dilakukan anak pada masa ini, termasuk perkembangan bahasa, pemikiran simbolis,koordinasi dan sensorimotorik yang kemudian berfungsi pada masa berikutnya. ibaratnya pedang, pada masa ini adalah tahap pengasaan atau penajaman, belum kepada tahap penggunaan.banyak hal yang bisa dilakukan untuk melatih kemampuan tersebut, namun hal yang utama adalah pengenalan benda-benda atau orang – orang yang ada di lingkungannya. hal yang lain juga dapat dilakukan seperti memunculkan spontanitas pada anak. dalam artian,ketika anak melihat atau mendengar sesuatu yang sudah biasa baginya atau tidak asing lagi maka anak akan spontan bereaksi. contohnya, bila seorang anak sudah terbiasa bermain atau diperlihatkan bola maka ketika ia melihat bola itu maka dia akan berlari atau setidaknya melakukan gerakan atau reaksi kegembiraan. 
b). Early childhood (kadang dinamakan usia “prasekolah”) adalah periode dari akhir masa bayi sampai umur lima atau enam tahun. Selama periode ini, anak menjadi makin mandiri, siap untuk bersekolah (seperti mulai belajar untuk mengikuti perintah dan mengidentifikasi huruf ), dan banyak menghabiskan waktu bersama teman. Selepas taman kanak-kanak biasanya dianggap sebagai batas berakhirnya periode ini. Bila kemampuan anak sudah terbentuk dan mempuni, maka awal aplikasi dari potensi tersebut adalah pada periode ini. namun demikian pada masa ini juga, seorang pendidik dituntut untuk mengarahkan anak dalam penerapan kemepuan yang dimiliki si anak .sebab, potensi yang baik terkadang mengarah kepada hal-hal yang buruk bila tidak mendapatkan pengarahan serta bimbingan yang cukup. hal ini dapat kita buktikan dengan melihat kenyataan yang terjadi saat ini. contohnya, seorang anak pada umur lima atau enam tahun sudah mampu membaca sehingga dengan kemapuan tersebut seorang anak terkadang sudah mampu mengenal bahkan menggunakan beberapa alat elektronik. ironisnya, banyak orang tua yang memberikan kebebasan yang lebih kepada anak – anak mereka untuk menggunakan alat - alat elektronik yang sebenarnya pada masa ini hal yang demikian belum menjadi kebutuhan bagi si anak sehingga hal itu hanya akan memberikan dampak yang buruk nantinya.salah satunya dengan penggunaan alat elektronik kapada anak seperti hand phone, maka anak secara tidak langsung didik untuk bermewah-mewahan yang nantinya akan sulit untuk mandiri. 
c ). Middle and late chilodhood (terkadang disebut “masa sekolah dasar”) di mulai dari usia enam tahun sampai sebelas tahun. Anak mulai menguasai keahlian membaca ,menulis, dan menghitung. Prestasi menjadi tema utama dari kehidupan anak dan mereka semakin mampu mengendalikan diri. Dalam periode ini, mereka berinteraksi dengan dunia sosial yang lebih luas diluar keluarganya. Masa ini adalah masa yang sangat potensial untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi sesuai dengan potensi dan minat yang dimilikinya,dengan catatan bahwa bimbingan dan pengarahan tentunya tidak pernah lepas oleh orang tua atau guru-guru, yang tentunya system pengarahan dan bimbingan berbeda dengan apa yang di lakukan sebelumnya. 
d ). Adolescence(remaja) adalah transisi dari masa kanak-kanak ke usia dewasa.periode ini dimulai sekitar usia sepuluh atau dua belas tahun sampai ke usia delapan belas atau dua puluh tahun.remaja mulai mengalami perubahan fisik yang cepat, termasuk bertambahnya tinggi dan berat badan, dan perkembangan fungsi seksual. Di masa ini, individu semakin ingin bebas dan mencari jati diri(identitas diri). Pemikiran mereka menjadi semakin abstrak, logis, dan idealistis. Masa ini adalah masa yang bisa dikatakan sebagai punjak perkembangan dan pembentukan jati diri anak atau dalam arti lain, bahwa keberhasilan pendidikan yang dilakukan pada masa-masa sebelumnya dapat dilihat pada masa ini. namun sekali lagi bahwa bimbingan tidak boleh lepas, tapi dalam hal ini pengarahan dan bimbingan lebih kepada memberikan pertimbangan dan analisa serta komitmen atai lebih dikenal dengan pemberian motifasi serta dukungan yang tentunya mengarah kepada hal – hal yang baik dan bermanfaat. 
B. Metode Penerapan Psikologi dalam Pendidikan 
Penerapan psikologi dalam pendidikan tentunya tidak tidak hanya mengacu kepada perkembangan dengan motifasi atau tujuan bahwa kelak si anak harus menjadi baik.akan tetapi juga mengacu dan dimulai dari beberapa sisi yang kemudian it6ulah yang dibentuk sesuai kemampuan setiap anak,yang tentunya dengan metode atau cara- cara yang mengikuti perkembangan anak itu sendiri. hal ini dapat dilakukan melalui beberapa fase atau periode, namun hal ini kami hanya mengacu kepada dua fase yaitu, masa bayi dan masa kanak-kanak yang mencakup masa pra-sekolah dan masa sekolah. 
1. Masa Bayi 
   a ). Permulaan Kepribadian Sejak anak dilahirkan tampak petunjuk-petunjuk mengenai kepribadiannya. perbedaan-perbedaan kepribadian tampak jelas pada orok, sebagaimana yang diperlihatkannya melalui respon-responnya terhadap makanan, cara menangis dan kegiatan-kegiatan motorik. Dari keanekaragaman ini terbentuklah kepribadian. Selanjutnya sikap si ibu terhadap si anak yang tercermin dalam tingkah laku atau perbuatannya, akan merupakan faktor penentu yang penting dalam perkembangan pola kepribadian si anak kelak. Ini memberikan keterangan bahwa apapun yang dilakukan seorang ibu, sedikit banyaknya akan dapat ditiru oleh anak-anak mereka nantinya, sekalipun seorang anak masih dalam usia bayi, bila seorang ibu terbiasa menampakkan kemarahannya yang kemudian anak–anaknya menyaksikan hal itu maka sangat besar kemungkinan bahwa kelak sikap dan sifat pemarah juga akan dimiliki oleh si anak bahkan tindakan rasa marah dari si ibu juga akan di tiru oleh si anak tapi, bila sebaliknya seorang ibu terbiasa dengan hal-hal yang baik dan hal itu juga disaksikan oleh si anak maka, besar kemungkinannya hal itu akan di tiru oleh si anak nantinya yang kemudian kebaikan itu akan menjadi kebiasan bagi si anak dan pada akhirnya hal itu akan membentuk pribadi anak tersebut, sehingga dari situlah kepribadian seorang anak akan terbentuk yaitu dari tingkah laku dan perbuatan seorang ibu. 
   b ). Perkembangan Sosial Pengalaman-pengalaman yang mula-mula dialami anak memainkan peranan penting dalam penentuan sikap-sikapnya terhadap hubungan-hubungan sosial dan pola-pola tingkah lakunya dalam berhubungan dengan orang lain. Dan oleh karena kehidupan bayi terpusat di lingkungan rumah,maka dasar-dasar bagi tingkah laku sosialnya dan sikap-sikapnya di kemudian hari “disamai”di rumah. Apa yang didapatkan anak di rumahnya maka hal itu akan terbawa ketika ia berada diluar rumah, baik yang berbentuk perkataan, perbuatan bahkan sifat dan sikap yang ada di lingkungan rumahnya dari apa yang di dapatkannya itulah yang kemudian akan memberikan bekal untuk melakukan interaksi dengan orang lain atau orang-orang yang juga ada di lingkungan rumahnya sendiri. Namun permasalahannya kemudian, bagaimana bila yang didapatkannya dalam lingkungan rumahnya lebih cenderung kepada hal-hal yang lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat negatife? maka disisnilah peranan keluarga untuk memberikan contoh dan teladan yang baik untuk anak-anak mereka khususnya orang tua si anak. Berangkat pada permasalahan inilah kemudian, seorang akan anak terhindar dari hal-hal yang mengarah kepada penyelewengan sosial hal itu sangat tergantung pada perkembangan sosial yang di alaminya yang tentunya dilator belakangi oleh pendidikan yang di berikan oleh orang tua si anak. 
    c ). Perkembangan Pengertian Dari tingkah laku bayi terlihat bahwa, sejak awal usianya konsep-konsep berkembang dengan cepat. Umpamanya, pengenalannya terhadap orang-orang dan benda-benda yang tidak asing baginya di dalam lingkungannya diperlihatkannya melalui responnya yang menyenangkan sama halnya dengan pengenalannya dengan orang-orang dan benda-benda yang asing baginya selalu dengan rasa takut. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “ ala bisa karena biasa “, bila sesuatu hal yang sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang, maka yakin dan percaya hal itu akan terasa gampang dan mudah sebab dari terbiasa akan muncul rasa suka terhadap hal tersebut.sebaliknya pun demikian, bila sesuatu hal sangat jarang bahkan pertama kalinya untuk di lakukan maka hal itu akan terasa sulit dan rumit yang kemudin dari rasa sulit itu muncul perasaan tidak suka atau kebencian terhadapnya. Demikian pula dengan seorang bayi, bila seuatu itru, baik berupa benda-benda atau seseorang yang terbiasa di lihatnya maka hal itu menimbulkan respon kegembiraan terhadap si bayi atau sebaliknya, bila benda-benda atau seseorang itu jarang bahkan pertama kali di lihatnya maka hal itu akan menimbulkan respon yang tidak baik, mungkin si bayi akan menangis bahkan merasa takut. Dari sinilah dapat menjadi pelajaran utama bagi setiap pendidik khususnya para orang tua agar sebaiknya bahkan wajib untuk memperkenalkan dan membiasakan kepada anak-anak mereka dengan hal-hal yang baik yang pada akhirnya anak-anak tersebut akan terbiasa dengan hal tersebut. Dan alangkah meruginya apa bila sejak dini anak-anak sudah terbiasa dengan sesuatu yang buruk atau bersifat negative yang kemudian hal itu juga akan menjadi kebiasaannya dan membentuk kepribadiannya. 
     d ). Sikap Moral Dan Tingkah Laku Bayi tidak mempunyai kata hati dan skala nilai. Oleh karenanya ia tidak dapat dikatakan bermoral ataupun tidak bermoral, tetapi ia adalah nonmoral dalam arti bahwa tingkah lakunya tidak berpedomankan ukuran-ukuran nilai.pada waktunya ia akan belajar dari orang tuanya, dari teman-temannya, dari guru-gurunya mengenai nilai-nilai moral dari masyarakat dan keperluannya untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma tersebut. Hal ini sebahagian dilakukannya dengan meniru tingkah laku orang-orang dengan siapa ia bergaul dan sebahagian di perolehnya dari ajaran-ajaran orang tuanya dan orang lain yang berkuasa. setiap anak yang masih dalam usia bayi, maka anak tersebut di gambarkan sebagai malaikat. Dalam artian bahwa, apapun yang mereka lakukan adalah sebuah hal yang benar dan tidak dapat di salahkan sekalipun pada kenyataannya apa yang dilakukannya itu adalah salah tapi, taraf pemikiran dan usialah sehingga mereka terlepas dari persalahan terhadap apa yang di lakukannya. 
   e ). Hubungan Keluarga Sikap-sikap dan tingkah laku individu sepanjang kehidupan sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya yang pertama-tama. Oleh karena lingkungan pertama anak terbatas pada lingkungan keluarga, maka hubungan keluarga memegang peranan yang sangat menentukan menjadi manusia apa dia kelak. Pada awal tahun-tahun pembentukan dari kehidupannya, orang tuanya, saudara-saudaranya, nenek dan kakeknya, serta anggota keluarga lainnya yang sering berhubungan dengannya, turut menentukan pola sikap-sikapnya terhadap orang lain dan kehidupan pada umumnya. Keharmonisan dan hubungan baik yang terjalin antara anak dan orang tua bahkan semua anggota keluarga memeberikan peranan penting terhadap perkembangan si anak. Tidak sedikit anak yang pergi dari rumahnya karena keadaan orang-orang yang ada dalam lingkungan rumah tidak ada keharmonisan satu sama lain, akan tetapi hal ini tidak akan terjadi di masa bayi, namun hubungan yang baik yang terjalin dalam lingkungan keluarga juga akan mempengaruhi pribadi seorang anak. Sehingga tugas mendidik bukan hanya ditumpahkan kepada orang tua saja, tapi juga kepada seluruh anggota keluarga dan proses yang di lakukan tidak terbatas kepada pendidikan yang bersifat memberikan sebuah materi tapi juga dapat dilakukan dalam bentuk pratikum dalam artian bahwa memberikan contoh yang baik kepada anak baik yang berbentuk ucapan ataupun perbuatan maka itu adalam bagian dari proses pendidikan.  
   f ). Kepribadian Potensi kualitas untuk perkembangan kepribadian telah ada sejak lahir dan dari sinilah berkembang pola kepribadian. ada tiga faktor yang terdapat di dalam perkembangan kepribadian individu, yakni kebakaan, pengalaman-pengalaman permulaan di dalam keluarga, dan peristiwa-peristiwa di kemudian hari, yang mempengaruhi bentuk pola yang telah terbentuk pada awal kehidupannya. Pembentukan pribadi seseorang sangat bergantung pada pembekalan yang telah di dapatkannya artinya, pembentukan kepribadian tersusun dari apa-apa yag telah di alami oleh seseorang semenjak ia mulai bisa memahami dan menyerap sesuatu meskipun masih sangat terbatas. Terbentuknya pribadi seorang anak pada akhirnya tergantung pada potensi serta peran keluarga dalam dalam memberikan dan mengarahkan anak-anaknya ingin jadi apa ia nantinya. 
2.Masa kanak-kanak 
   a ). Perkembangan Fisik Pada masa kanak-kanak pertumbuhan berlangsung dalam tempo yang lambat jika dibandingkan dengan masa bayi. Tingginya hanya bertambah kira-kira 7,5 Cm per tahun, sedangkan beratnya hanya bertambah kira-kira antara 1 ½ Kg sampai 2 ½ Kg per tahun. Masa kanak-kanak akhir juga merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relatif uniform. Pada masa umumnya anak wanita lebih cepat mencapai puberitas dari pada anak laki-laki. Oleh karenanya anak laki-laki pada umumnya lebih pendek dari pada wanita sebayanya. 
   b ). Perkembangan sosial Anak mulai belajar mencintai dan di cintai di rumah, sukses dalam pengalaman-pengalaman sosial yang pertama-pertama ini akan menentukan keberhasilannya dalam hubungannya kelak dengan orang-orang di luar lingkungan rumahnya. Dengan bertambah luasnya dunia sosial anak, maka keterikatan kepada orang tua semakin berkurang dan digantikan dengan hubungan dengan orang diluar lingkungan keluarga . Melepas seorang anak untuk bergaul dan mengenal dunia luar tentunya harus dengan bekal yang meyakinkan. Dalam artian bahwa, seorang anak yang sudah baik pergaulannya dalam lingkunga keluarga maka hal itu paling tidak bisa menjadi alas an utuk memberikan ruang untuk anak mengenal dunia atau lingkungan yang selain dari lingkungan keluarga. Tapi tetap dengan dalih bahwa seorang anak memang sudah taraf perlu untuk mengenal dunia dan lingkungan luar yang tentunya si anak sudah di bekali atau mengalami perkembangan sosial. 
   c ). Perkembangan Moral Konsep moral anak bersifat subyektif artinya ia menilai suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan akibat-akibat perbuatannya sendiri. Fundasi mengenai tingkah laku bermoral dan dasar-dasar sikap moral kelompok di lingkungan mana anak hidup. Dalam diri anak harus sudah tertanam selama masa pra sekolah. Oleh karena perkembangan mentalnya belum matang, maka anak belum dapat memahami mengapa dan untuk apa ia harus bertingkah laku demikian . Pengetahuan seorang anak tentang baik atau buruknya sesuatu hanya di kembalikan kepada apa yang telah di ketahuinya. Bila si anak telah banyak di kenalkan dengan hala-hal yang baik maka tentu ia akan mudah melihat dan memandang sesuatu itu baik atau buruk, yang tentunya hal ini lagi-lagi tidak lepas dari tugas para orang tua. 
    d ). Puberitas Puberitas adalah suatu periode dalam rentangan perkembangan dimana individu mengalami perubahan dari “esexual” menjadi “sexual”. Nama yang di berikan untuk usia ini berasal dari kata latin pubertas yang berarti “usia dewasa” periode ini bertumpang tindih dengan akhir masa kanak-kanak dan melanjut hingga bahagian awal masa adolesen . periode ini juga terkadang kerap di katakan sebagai periode yang rawan dan sangat labil.hal ini di sebabkan adanya dorongan sexual yang muncul dalam diri anak sehingga ia mulai tertarik kepada lawan jenisnya. namun itu dapat dilaluinya bila saja pembentukan pribadi sudah betul-betul matang. 
   e ). Pengaruhnya Terhadap Tingkah Laku Perubahan dalam tingkah laku dan sikap ini muncul ketika terjadi perubahan-perubahan fisik pada peburitas yang di sebabkann oleh kematangan dan bukan karena belajar .seberapa besar pengaruh psikologis dari puberitas sebahagian tergantung pada kecepatan kematangan ,dengan segala akibatnya terhadap kesehatan fisik anak, sebahagian lagi tergantung pada pengetahuan yang di peroleha sebelumnya atau persiapan mental uang diterimanya .bila anak tidak memperolejh persiapan mental, atau bila persiapan yang diterimanya terdiri dari informasi-informasi yang tidak tepat yang dapat menimbulkan sikap-sikap ang tidak sehat, maka akibatnya terhadap tingkah lakunya akan tidak menguntungkan. selain dari periode-periode atau fase-fase di atas , maka perlu di ketahui bahwa seorang pendidik harus menjadikan apa yang menjadi materi pendidikan yang di berikan kepada anak-anak didiknya haruslah menarik perhatian si anak didik. Berikut ini ada beberapa hal yang dapat menjadikan sebuah materi atau apapun itu dapat menarik perhatian orang khususnya seorang anak didik :
 • Hal-hal yang bersangkut-paut dengan kebutuhan itu menarik perhatian, iklan tentang obat-obatan menarik perhatian orang yang butuh membeli obat, iklan tentang rumah tangga yang akan disewakan menarik perhatian orang yang butuh menyewa rumah, pengumuman untuk mahasiswa program S2 tidak menarik perhatian mahasiswa program S1, dan sebagainya. 
• hal – hal yang bersangkut paut dengan kegemaran, panggung wayang orang bagi penggemar wayang orang, petunjuk main catur bagi penggemar catur, dan sebagainya. 
• Hal yang bersangkut-paut dengan pekerjaan atau keahlian itu menarik perhatian, ceramah tentang cara merwat yang baik bagi para bidang, penemuan benda kuno bagi ahli sejarah, hasil penyelidikan psikologi bagi ahli psikologi, dan sebagainya. 
• Hal yang bersangkut paut dengan sejarah atau riwayat hidup, hasil sejarah hidup sendiri itu menarik perhatian, misalnya pembicaraan mengenai Universitas Gadjah Mada bagi alumni Universitas tersebut, cerita tentang hutan-hutan di Irian jaya bagi para pelaksana trikora, percakapan tentang keadaan kota Surabaya bagi arek-arek Surabaya. 
• Dan lain-lainnya. 

Melihat dan memperhatikan uraian di atas maka tentu sangat di sadari bahwa pendekatan dan penerapan atau aplikasi psikologi sangatlah berperan dalam pendidikan seorang anak. Aplikasi psikologi pulalah yang menjadi jawaban dan solusi akan kegagalan yang terkadang di alami oleh sebagian pendidik dalam mendidik anak-anak didik mereka.dan juga menjadi catatan tepenting adalah penerapan pendidikan harus di mulai dari sejak dini namun tetap melihat taraf kemampuan si anak dalam memahami dan menyerap sebuah pendidikan atau dalam kata lain penerapan pendidikan harus di sesuaikan dengan keadaan dan kemampuan seorang anak dan hal ini dapat dilihat melalui tinjauan psikologi seperti apa yang telah di uraikan di atas. Selanjutnya, bagaimana setiap pendidik menanamkan nilai-nilai agama dalam diri anak agar tujuan pendidikan dapat tercapai, yaitu membentuk pribadi yang bermoral dan berintelektual. Sehubungan dengan hal tersebut maka tentu nilai-nilai agama yang di maksud adalah pendidikan islam. Pendidikan islam disini diartikan seabagai upaya sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan pengarahan serta pengarahan potensi yang dimiliki anak agar mereka dapat berfungsi.dan berperan sebagaimana hakekat kejadiannya.jadi dalam pengertian ini pendidikan islam tidak dibatasi oleh institusi (kelembagaan)ataupun pada lapangan pendidikan tertentu.pendidikan islam diartikan dalam ruang lingkup yang luas. Adapun dimaksud yang bertanggung jawab dalam pengertian ini adalah orang tua. Sedangkan para guru atau pedidik lainnya adalah merupakan perpanjangan tangan orang tua.maksudnya, tepat tidaknya para guru atau pedidik yang dipilih oleh orang tua untuk mendidik anak-anak mereka sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua.maka pendidikan islam meletakkan dasarnya pada rumah tangga. Jika kesadaran terhadap pengaruh bapak keberagamaan anak baru diungkap oleh ahli psikologi agama (barat) sekitar awal abad ke-20, maka jauh sebelum itu islam telah menerapkannya dalam kehidupan rumah tangga.bahkan menurut pendidikan islam,bukan hanya bapak,melainkan juga ibu ikut memberikan keberagamaan terhadap anak-anak mereka. Bermula dari tuntunan Al-qur’an yang memuat pesan Lukman Al-hakim kepada anaknya: ”wahai anakku, janganlah kamu mepersekutukan Allah,sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah merupakan kezaliman yang amat besar”(Q.S Al-lukman:12). Selanjutnya, bila kesadaran tentang aplikasi psikologi dalam pendidikan yang di dasari oleh pendidikan islam atau nilai-nilai agama maka sudah barang tentu tujuan pendidikan yang juga tercantum dalam UUD 1945 pasal 3 akan tercapai. 

BAB III 
PENUTUP 
1. Kesimpulan 
 Setiap manusia atau tepatnya setiap anak terlahir tanpa memiliki sedikitpun pengetahuan dan kemampuan,sehingga untuk mencapai pengetahuan dan kemampuan tersebut maka hal itu tentu harus melalui beberapa proses dengan menjalani fase-fase perkembangan yang ada atau dalam arti mengaplikasikan psikologi dalam pendidikan demi menjapai tujuan dan kemampuan tersebut. fase-fase atau periode-periode tersebut tidak lain adalah periode infancy (bayi), early childhood (usia balita), middle and late childhood(periode sekolah dasar), adolescence (masa remaja).  sedikit demi sedikit lama – lama menjadi bukit, begitu pula dalam hal penerapan atau aplikasi psikologi khususnya dalam pendidikan.tidak sertamerta melakukan proses dengan motifasi atau tujuan bahwa kelak si anak harus menjadi baik. tetapi juga mengacu dan dimulai dari satu sisi kesisi yang lain. dalam artian bahwa proses tersebut diawali dengan terfokus kepada satu sisi mulai dari pembentukan kepribadian,sosial, moral dan tingkah laku,yang tentunga mengikuti fase dan periode perkembangan si anak. 

Penutup “Hidup adalah pergerakan, tidak bergerak berarti tidak hidup”, ini bermakna bahwa setiap manusia haruslah berusaha demi mencapai tujuan masing-masing, tapi di sisi lain bahwa manusia hanyalah berusaha dan Tuhan pulalah yang menentukan. Juga perlu di ingat, usaha yang baik akan berahir dengan hasil yang baik,dan usaha yang buruk juga akan berahir dengan hasil yang buruk. Akhirnya kami sebagai penyusun makalah ini sangat bersyukur dengan terselesainya makalah ini. namun kami sadar, bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan, olehnya berangkat dari hal itu kami mohon maaf atas kesalahan yang ada. Akhir kata kami ucapkan terima kasih. . . . . . . Wassalam............. 

Daftar Pustaka 
Asy-syantuh Khalid Ahmad, Pendidikan Anak Putri Dalam Kelurga Muslim. (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1993) 
 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jalaluddin. psikologi agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) 
Natawudjaja Rachman. Psikologi Perkembangan, Santrock John W. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007) 
Suryabrata Sumadi Psikologi Pendidikan. (PT Raja Grafindo Persada, 2006) 
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (BP. Cipta Jaya) Wahab Abdul, Pelangi Dimatamu, (Jakarta: PT Anfin Ribut, 2005)

1 komentar:

  1. Bagaimana cara melihat catatan kaki dalam makalah ini saudaraku

    BalasHapus