Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 16 Desember 2012

PARTAI POLITIK


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu pemerintah berfungsi. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah satu unsur yang hidup berdampingan dalam suatustruktur sosial dari lembaga-lembaga yang banyak dan bervariasi.
Partai politik merupakan ciri utama sistem politik yang demokratis.Sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik, inimerupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh partai politik mengingatmasih banyaknya masyarakat yang pendidikan politiknya masih sangat minimatau rendah.
Partai politik adalah yang bertugas memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Partai politik tidak hanya memperhatikan masyarakat di saat kampanye atau menjelang pesta demokrasi, setelah itu dilupakan dan dibubarkan tanpa ada yang namanya proses evaluasi. Tetapi kegiatan pendidikan politik ini juga harus berlangsung secara terus-menerus dan kenyataannya, partai politik  justru memberikan contoh yang buruk. Harusnya partai politik menciptakanhubungan yang saling menguntungkan antara masayarakat dan elite dalam rangkamewujudkan cita–cita bangsa.
Partai politik adalah salah satu komponen yang penting di dalam dinamika perpolitikan sebuah bangsa. Partai politik dipandang sebagai salah satu cara seseorang atau sekelompok individu untuk meraih kekuasaan, argumen seperti ini sudah biasa kita dengar di berbagai media massa ataupun seminar-seminar yang kita ikuti khususnya yang membahas tentang partai politik.
B.            Rumusan Masalah
1.      Apa Defenisi Partai Politik?
2.      Bagaimana Fungsi-fungsi Partai Politik?
3.      Bagaimana Sistem Partai Politik?
4.      Bagaimana Sejarah Partai Politik?
C.           Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Apa Defenisi Partai Politik?
2.      Untuk Mengetahui Bagaimana Fungsi-fungsi Partai Politik?
3.      Untuk Mengetahui Bagaimana Sistem Partai Politik?
4.      Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Partai Politik?

 

BAB II
PEMBAHASAN
1.        Defenisi Partai Politik
Partai politik, perdefinisi, merupakan sekumpulan orang yang secara terorganisir mem-bentuk sebuah lembaga yang bertujuan merebut kekuasaan politik secara sah untuk bisa menjalankan program-programnya. Parpol biasanya mempunyai asas, tujuan, ideolog, dan misi tertentu yang diterjemahkan ke dalam program-programnya. Parpol juga mempunyai pengurus dan massa
2.        Fungsi-Fungsi Partai Politik
Partai politik sebagai sebuah instrumen politik memiliki beberapa macam fungsi partai politik diantaranya.
1.      Melakukan sosialisasi politik, pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat.
2.      Rekrutmen politik yaitu seleksi dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik.
3.      Partisipasi politik, kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin pemerintahan.
4.      Pemandu kepentingan, mengatur lalu lintas kepentingan yang seringkali bertentangan dan memiliki orientasi keuntungan sebanyak-banyaknya.
5.      Komunikasi politik, partai politik melakukan proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.
6.      Pengendalian konflik, partai politik melakukan pengendalian konflik mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau kelompok.
7.      Kontrol politik, partai politik melakukan kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi kebijakan atau pelaksaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu dengan cara ikut pemilihan umum. Partai politik juga melakukan kegiatan meliputi seleksi calon-calon, kampanye dan melaksanakan fungsi pemerintahan (legislatif dan eksekutif). Diantara fungsi yang lain yaitu melakukan sosialisasi politik, pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat, Rekrutmen politik yaitu seleksi dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik. Partisipasi politik, kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Pemandu Kepentingan, mengatur lalulintas kepentingan yang seringkali bertentangan dan memiliki orientasi keuntungan sebanyak-bankyaknya. Komunikasi politik, partai politik melakukan proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Pengendalian konflik, partai politik melakukan pengendalian konflik mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau kelompok. Kontrol politik, partai politik melakukan kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi kebijakan atau pelaksaan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
3.        Sistem Partai Politik
Maurice Duverger membagi sistem partai politik menjadi tiga sistem utama yaitu :
A.    Sistem partai Tunggal
Sistem partai ini biasanya berlaku di dalam negara-negara Komunis seperti Cina dan Uni Soviet.
B.     Sistem dua partai
Sistem partai seperti ini dianut sebagian negera yang menggunakan paham liberal pemilihan di negara-negara tersebut mengguanakan sistem distrik. Negara yang menganut sistem dua partai adalah Amerika Serikat dan Inggris.
C.     Sistem Multipartai
Sistem partai seperti ini dianut oleh negara Belanda, Perancis, di dalam ssitem ini menganut partai mayoritas dan minoritas dan diikuti oleh lebih dari dua partai.
·      Tujuan Partai Politik
1.         Berdasarkan basis sosial dan tujuan partai politik dibagi menjadi empat tipe yaitu :
Partai politik berdasarkan lapisan masyarakat yaitu bawah, menengah dan lapisan atas.
2.         Partai politik berdasarkan kepentignan tertentu yaitu petani, buruh dan pengusaha.
3.         Partai politik yang didasarkan pemeluk agama tertentu.
4.         Partai politik yang didasarkan pada kelompok budaya tertentu.
·      Partai Politik di Indonesia
Indonesia menganut sistem kepertaian dengan sistem multi partai, sejak reformasi 1998 Indonesia menganut sistem multi partai. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan partai politik di Indonesia adalah melakukan penaksiran (assessment) terhadap tingkat pelembagaan yang telah berlangsung dalam suatu partai politik Yang dimaksud dengan pelembagaan partai politik ialah proses pemantapan partai politik baik dalam wujud perilaku yang memola maupun dalam sikap atau budaya.
4.        Sejarah Partai Politik di Indonesia
Pada tahun 1939 di Hindia Belanda telah terdapat beberapa fraksi dalam volksraad yaitu Fraksi Nasional, Perhimpunan Pegawai BestuurBumi-Putera, dan Indonesische Nationale Groep. Sedangkan di luar volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari Partai-Partai Politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan nasional yang disebut Komite Rakyat Indonesia (K.R.I). Di dalam K.R.I terdapat Gabungan Politik Indonesia (GAPI), Majelisul Islami A'laa Indonesia (MIAI) dan Majelis Rakyat Indonesia (MRI). Fraksi-fraksi tersebut di atas adalah merupakan partai politik - partai politik yang pertama kali terbentuk di Indonesia.
Selama Jepang berkuasa di Indonesia, kegiatan Partai Politik dilarang, kecuali untuk golongan Islam yang membentuk Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI).
Setelah merdeka, Indonesia menganut sistem Multi Partai sehingga terbentuk banyak sekali PArtai Politik. Memasuki masa Orde Baru (1965 - 1998), Partai Politik di Indonesia hanya berjumlah 3 partai yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya, dan Partai Demokrasi Indonesia. Di masa Reformasi, Indonesia kembali menganut sistem multi partai.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Partai Politik di Indonesia sejak masa merdeka adalah:
1.  Maklumat X Wakil Presiden Muhammad Hatta (1955)
2.  Undang-Undang Nomor 7 Pnps Tahun 1959 tentang Syarat-Syarat dan Penyederhanaan Kepartaian
3.  Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1960 tentang Pengakuan, Pengawasan, dan Pembubaran Partai-Partai
4.  Undang-Undang Nomor 3 tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya
5.  Undang-Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya
6.  Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik
7.  Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
8.  Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (berlaku saat ini).

·           Partai Politik di Indonesia.
Perkembangan partai politik di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa periode perkembangan, dengan setiap kurun waktu mempunyai ciri dan tujuan masing-masing, yaitu : Masa penjajahan Belanda, Masa pedudukan Jepang dan masa merdeka.
Masa penjajahan Belanda.
Masa ini disebut sebagai periode pertama lahirnya partai politik di Indoneisa (waktu itu Hindia Belanda). Lahirnya partai menandai adanya kesadaran nasional. Pada masa itu semua organisasi baik yang bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiyah, ataupun yang berazaskan politik agama dan sekuler seperti Serikat Islam, PNI dan Partai Katolik, ikut memainkan peranan dalam pergerakan nasional untuk Indonesia merdeka.
Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan menifestasi kesadaran nasinal untuk mencapai kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Setelah didirikan Dewan Rakyat , gerakan ini oleh beberapa partai diteruskan di dalam badan ini. Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi di dalam Dewan Rakat, yaitu Fraksi Nasional di bawah pimpinan M. Husni Thamin, PPBB (Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi Putera) di bawah pimpinan Prawoto dan Indonesische Nationale Groep di bawah pimpinan Muhammad Yamin.
Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan gabungan partai politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan rakyat. Pada tahun 1939 dibentuk KRI (Komite Rakyat Indoneisa) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang merupakan gabungan dari partai-partai yang beraliran nasional, MIAI (Majelis Islamil A”laa Indonesia) yang merupakan gabungan partai-partai yang beraliran Islam yang terbentuk tahun 1937, dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia) yang merupakan gabungan organisasi buruh.
Masa pendudukan Jepang.
Pada masa ini, semua kegiatan partai politik dilarang, hanya golongan Islam diberi kebebasan untuk membentuk partai Masyumi, yang lebih banyak bergerak di bidang sosial.
Masa Merdeka (mulai 1945).
Beberapa bulan setelah proklamsi kemerdekaan, terbuka kesempatan yang besar untuk mendirikan partai politik, sehingga bermunculanlah parti-partai politik Indonesia. Dengan demikian kita kembali kepada pola sistem banyak partai.
Pemilu 1955 memunculkan 4 partai politik besar, yaitu : Masyumi, PNI, NU dan PKI. Masa tahun 1950 sampai 1959 ini sering disebut sebagai masa kejayaan partai politik, karena partai politik memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara melalui sistem parlementer. Sistem banyak partai ternyata tidak dapat berjalan baik. Partai politik tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kabinet jatuh bangun dan tidak dapat melaksanakan program kerjanya. Sebagai akibatnya pembangunan tidak dapat berjaan dengan baik pula. Masa demokrasi parlementer diakhiri dengan Dekrit 5 Juli 1959, yang mewakili masa masa demokrasi terpimpin.
Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan di pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI. Pada masa Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI memainkan peranan bertambah kuat, terutama memalui G 30 S/PKI akhir September 1965).
Setelah itu Indonesia memasuki masa Orde Baru dan partai-partai dapat bergerak lebih leluasa dibanding dengan msa Demokrasi terpimpin. Suatu catatan pada masa ini adalah munculnya organisasi kekuatan politik bar yaitu Golongan Karya (Golkar). Pada pemilihan umum thun 1971, Golkar munculsebagai pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar yaitu NU, Parmusi (Persatuan Muslim Indonesia) serta PNI.
Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai melalui fusi partai politik. Empat partai politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai Sarikat Islam dan Perti bergabung menjadi Partai Persatu Pembangunan (PPP). Lima partai lain yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia, Parati Katolik, Partai Murba dan Partai IPKI (ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) bergabung menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Maka pada tahun 1977 hanya terdapat 3 organisasi keuatan politik Indonesia dan terus berlangsung hinga pada pemilu 1997.
Setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang ditandai dengan tumbangnya rezim Suharto, maka pemilu dengan sistem multi partai kembali terjadi di Indonesia.




















BAB III
PENUTUP
·           Kesimpulan
Partai politik sebagai salah satu instrumen politik yang memiliki tujuan untuk meraih kekuasaan. Selain memiliki tujuan yang jelas adapula fungsi-fungsi yang harus dijalankan yaitu rekrutmen politik, komunikasi politik, pengendali konflik dan lain-lain. Disamping itu partai politik merupakan representasi dari beberapa kelompok yang ada di dalam masyarakat.
Dapat kita simpulkan bahwa di Indonesia yang kini menganut sistem Multipartai tidak menutupi kemungknanan perjalanan demokrasi di negara kita ini berlangsung cukup sengit dengan berbagai dinamika yang terjadi di dalamnya.
















DAFTAR PUSTAKA
www.partai.info/
www.anneahira.com

Komunikasi dan Informasi dalam Organisasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam setiap organisasi pasti ditemukan bagian atau unit perkantoran/ office. Walau skala besaran berbeda karena situasi dan kebutuhan, namun fungsinya sama yakni sebagai unit pembantu pempinan dalam mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan memang merupakan wewenang pimpinan, namum bahan-bahan yang dijadikan dasar pertimbangan disediakan atau bersumber dari bagian kantor. Bahan dasar pertimbangan itu secara umum disebut informasi. Informasi merupakan unsure vital pengambilan keputusan, malah ada yang mengatakan sebagai dasar kehidupan organisasi atau alat yang memungkinkan organisasi dapat tetap hidup/ beroprasi. Mengingat pentingnya informasi mengisyaratkan perlunya penyediaan dan penanganan secara serius dan hati-hati.
Informasi sebagai bahan dasar pengambilan keputusan merupakan hasil olahan dari data dan fakta. Data dan fakta memang ditemukan dalam kantor, namun keberadaanya ditentukan atau bersumber dari banyak pihak. Mengingat informasi sebagai olahan lanjutan dari data dan fakta, maka pengadaan dan penanganan perlu hati-hati dan diupayakan selengkap dan seteratur mungkin. Menjamin tindakan demikian diperlukan komunikasi yang baik dengan semua pihak yang terlibat. Demikian juga terhadap informasi, walau telah tersedia dan ditangani secara baik, kemanfaatannya masih dipengaruhi derajad ketepatan dan kebenaran dalam mengkomunikasikan dengan pimpinan atau mereka yang akan menggunakan untuk pengambilan keputusan.
Berdasarkan pemaparan singkat tersebut diatas dapat dipahami betapa pentingya menjalin dan menjamin komunikasi yang baik dalam organisasi, agar dapat diperoleh dari data/ fakta yang memadai dan dapat menyampaikan informasi secara tepat kepada pihak yang memerlukan. Gagasan tentang upaya komunikasi informasi yang baik dalam organisasi agar dapat beroprasi secara optimal merupakan inti pokok bab ini.
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa itu Komunikasi?   
2.         Apa itu informasi?
3.         Bagaimana komunikasi informasi dalam organisasi?
C.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu Komunikasi.
2.      Untuk mengetahui apa itu Informasi.
3.      Untuk mengetahui Bagaimana komunikasi informasi dalam organisasi.


























BAB II
PEMBAHASANAN
A.      Sekilas tentang Komunikasi
Istilah komunikasi sangat popular dari masyarakat atau merupakan istilah yang sangat memasyarakat. Hampir dalam segala lapisan masyarakat dan dalam segala lapisan masyarakat dan dalam segala jaman menggunakan istilah ini, serta menggunakan komunikasi dengan maksud tertentu. Andaikata diadakan diskusi tentang pemahaman komunikasi, sering mengarah pada keberanekaan persepsi dan kalau kurang hati-hati, dapat terjadi memakai istilah yang sama namum mengacu pada hal yang berlainan. Menghindari persepsi bias tersebut, berikut akan dipaparkan secara singkat beberapa aspek komunikasi, sehingga dapat mengarah pada dan membentuk kesamaan bahasa dan pemahaman.
A.       Pengertian Komunikasi
Dalam literatur banyak yang ditemukan batasan komunikasi. Formulasinya sangat berbeda (ingat cerita 4 orang professor diatas kapal). Walau berbeda dalam formulasi namum sebenarnya mengandung inti pokok yang sama. Dalam kesempatan ini komunikasi diartikan mengikuti paradigm Lasswell, Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media kepada komunikan yang menimbulkan efek tertentu. Dari batasan tersebut Nampak bahwa dalam komunikasi ditentukan 5 unsur, yaitu :
1.        Komunikator yakni pengirim pesan atau berita.
2.        Pesan yakni berita yang disampaikan.
3.        Media yakni alat yang dipakai dalam penyampaian berita/ pesan.
4.        Komunikan yakni orang yang berfungsi sebagai penerima pesan.
5.        Efek yakni dampak atau pengaruh pesan yang disampaikan.
Mengingat ada unsur dalam komunikasi, dalam praktek sering tanpa sadar studi ilmiah terhadap komunikasi cenderung mengkonsentrasikan diri pada satu atau beberapa unsure yang ada :
a.         Jika menekankan pada unsur komunikator yakni mengkaji factor yang memprakarsai dan memimpin aktivitas komunikasi, dikategorikan sebagai analis pengawasan atau control analysis.
b.        Mereka yang menakankan diri pada unsur pesan, dikategorikan sebagai pengikut aliran analisis pesan atau content analysis.
c.         Jika menekankan analisis pada media atau saluran komunikasi, dikategorikan sebagai analisis media atau media analysis.
d.        Kalau menekankan pada unsur komunikan atau sasaran media, dikategorikan sebagai analisis khalayak atau audience analysis.
e.         Kalau yang diutamakan adalah efek atau dampak kumunikasi, di kategorikan sebagai analisis dampak atau effect analysis.
B.       Proses Komunikasi
Sering orang mengira bahwa mengadakan kumonikasi merupakan hal yang mudah. Opini yang demikian sebenarnya tidak seluruhnya benar. Jika dikaji secara etimologi, kata komunikasi berasal dari bahasa latin, comunikatio yang berarti kesamaan makna. Kesamaan makna atau komunikasi baru terjadi jika ditemukan atau ada kesamaan makna tentang aspek yang dipercakapan, berarti aspek penting dalam kominkasi adalah kesamaan makna bukan kesamaan bahasa, sebab kesamaan bahasa belum tentu menjamin kesamaan makna. Manakalah ada dua pihak yang mengadakan percakapan atau dialog yang didasari kesamaan makna maka barulah disebut ada terjadi komunikasi yang efektif atau komunikatif jika mengadung unsur informatif yakni agar orang lain mengerti serta persuasive yakni agar orang lain bersedia menerima pesan dan melakukan sesuatu yang di harapkan.
Dalam rangka mencapai kesamaan makna tersebut maka komunikator pada taraf awal perlu melakukan “encode” atau menyandi pesannya dalam formulasi tertentu sehingga dengan menggunakan suatu lambing tertentu pesan disampaikan kepada komunikan. Ide yang ada dalam otak komunikator (picture in our head) perlu diencode/disandi lebih dulu dengan lambing yang dapat dimengerti komunikan. Komunikan demikian menafsir/ menginterpretasikan atau mendecode pesan ke dalam pengertiannya sendiri. Komunikator dinamakan encoder sedang komunikan disebut decedor.
Proses encode dan decode dapat berlangsung selaras manakalah pesan yang dsampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of referece) yakni pengalaman dan pengertian komunikan. Karenanya unsur vital dalam komunikasi adalah perlu membina dan membentuk kesamaan kerangka acuan antara komunikator dengan komunikan. Manakala kerangka acuan mereka berbeda, proses komunikasi akan terganggu. Akan terjadi pemahaman dan arah pemikiran yang berlainan atau malah mungkin bertentangan. Jika terjadi situasi demikian maka yang terjadi adalah miskomunikasi.
C.       Bentuk dan Model Komunikasi
Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikan, komuniksi diklasifikasikan menjadi :
1.        Komunikasi antar pribadi.
Merupakan komunikasi antar 2 orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini dapat berlangsung secara bertatapan muka atau memakai media seperti telpon. Cirri khas komunikasi antar pribadi adalah sifatnya dua arah atau timbale balik. Dalam komunikasi jenis ini, komunikan, komunikan dan komunikator saling berganti fungsi, walau demikian tetap ada komunikator utama yakni orang yang memulai komunikasi. Jika dikaitkan dengan perubahan sikap, komunikasi antar pribadi cukup efektif, sebab umpan balik dapat secara verbal atau nonverbal, sehingga komunikator dapat segera menentukan sikap.
Mengenai efektivitas komunikasi antar pribadi akhir-akhir ini sudah ada kesepakatan yakni mengupayakan ketepatan yang paling tinggi atau paling besar derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap situasi komunikasi. Kesepakatan itu dicapai mengingat ketepatan total (100%) antar komunikator dan komunikan sangat sulit atau malah  tidak mungkin, mengingat setiap orang mempunyai kerangka acuan tersendiri yang khas/ spesifik. Proses terjadian kesamaan dan perbedaan antara komunikator dan komunikan merupakan akibat dari factor HOMOPHILY DAN HETEROPHILY :
a.         Homophily adalah istilah yang menunjukan adanya kesamaan sifat dalam arti luas diantara pasangan yang berinteraksi. Mencakup kesamaan nilai, kepercayaan, ideology, status dan sebagainya. Homophily asal kata  dari bahasa yunani : HOMOIOS yang berarti sama. Secara harafiah, homophily berarti komunikasi dengan orang yang sama. Komunikasi yang didasarkan homophily akan sangat efektif, sebab bertitik tolak dari persamaan pemahaman.
b.        Heterophily mengacu perbedaan sifat dari pasangan yang berintraksi. Perbedaan sifat yang mengakibatkan perbedaan persepsi dan pemahaman, sehingga sering menjurus pada komunikasi yang tidak efektif. Diakui bahwa setiap orang pasti mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan orang lain, namum bukan berarti tidak berarti tidak mungkin mengadakan komunikasi yang efektif dengan orang lain, atau menjadi pengahalang mengadakan komunikasi yang efektif. Dalam situasi heterophily, komunikasi yang efektif masih mungkin berlangsung asal setiap pihak bersedia bertindak atau bersikap emphatic, yakni kemampuan dan kemauan seseorang untuk memproyeksikan diri menjadi orang lain.
2.        Komunikasi kelompok.
Merupakan komunikasi antar seorang komunikator dengan sejumlah orang komunikan yang berkumpul bersama dalam satu situasi. Disebut kelompok kalau ada rasa persatuan secara psikologis. Kelompok dapat berukuran banyak namun dapat juga berukuran kecil. Berapa jumlah orang yang dijadikan sebagai ukuran sukar dinyatakan secara pasti, tergantung pada sifat dan maksud komunikasi. Dalam artian tertentu, komunikasi dengan kelompok kecil cukup efektif, sebab komunikator dapat segera mengetahui reaksi komunikan. Dalam kelompok besar seperti rapat raksasa, kontak pribadi antara komunikator dengan komunikan sangat kecil dan reaksi yang diajukan lebih sering bersifat emosional. Biasanya ditemukan infectious exallation atau penularan semangat yang menyala-nyala, sejenis histeria massa, yang sangat mempengaruhi pikiran dan tindakan semua anggota kelompok.
3.        Komunikasi massa
Dimaksudkan sejalan dengan pemahaman para ahli komunikasi yakni komunikasi dengan memakai media massa, baik media massa tradisional (kentongan di pedesaan Indonesia, asap bagi suku Indian) maupun media masa yang modern (radio, TV dan sebagainya). Bagi atau massa, yang diutamakan adalah ada atau terjadinya perilaku massa.
D.       Jenis-Jenis Teori Komunikasi
Menurut Littlejohn (1989), berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek pengamatannya, secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1.        Teori-teori Umum (general theories)
a.         Teori-Teori Struktural dan Fungsional
Asumsi teori struktural fungsional adalah: masyarakat pada dasarnya merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian (sub-sistem) yang saling berhubungan satu sama lain.
Teori struktural fungsional mula-mula tumbuh dari cara melihat masyarakat yang dianalogikan dengan organisme biologis. Masyarakat maupun organisme biologis sama-sama mengalami pertumbuhan. Tiap bagian yang tumbuh di dalam masyarakat memiliki fingsi dan tujuan tertentu.
Fungsional dan struktural memiliki beberapa persamaan karakteristik sebagai berikut:
1.      Lebih mementingkan “synchrony” (stabilitas dalam kurun waktu tertentu).
2.      Hal yang diamati terutama sekali adanya faktor-faktor yang berada di luar kontrol dan kesadaran manusia 
3.      Realitas pada dasarnya objektif dan bebas. Oleh karena itu pengetahuan, menurut pandangan ini, dapat ditemukan melalui metode pengamatan (observasi) empiris yang cermat. 
4.      Pendekatan ini memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran dan objek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Dunia hadir karena dirinya sendiri, sementara bahasa hanyalah alat untuk merepresentasikan apa yang telah ada. 
5.      Bahasa harus sesuai dengan realitas.  
6.      Simbol-simbol harus merepresentasikan sesuatu secara akurat.
Pendekatan struktural fungsional dalam kaitannya dengan perilaku manusia, menolak gagasan-gagasan tentang jiwa, spirit, kemauan, pikiran, introspeksi, kesadaran, subjektivitas, dan sebagainya, karena konsep-konsep itu tidak dapat diamati secara objektif. Dengan kata lain, pendekatan ini terhadap manusia berusaha mengukur pengaruh struktur sosial terhadap identitas, respons dan perilaku manusia melalui peran (role), sosialisasi, dan keanggotaan kelompok mereka. Pendekatan ini jelas menekankan orientasi peran dalam arti bahwa ia memandang manusia pada dasarnya ditentukan secara sosial (socially-determined).Bagi pandangan struktural, struktur sosial sangat kukuh dan mempengaruhi perilaku manusia. Struktur sosial terbentuk lama sebelum kita lahir dan akan tetap ada setelah kita mati. Kita tidak dapat memilih posisi kita dalam struktur sosial tersebut: ras, jenis kelamin, agama, kelas sosial orang tua, pendeknya budaya yang kedalamnya kita lahir. Manusia tersosialisasikan oleh budaya itu; mereka mengikuti aturan-aturan yang ditetapkannya: bahasa, cara berbicara, etiket bergaul (termasuk sopan santun dalam keluarga), cara makan dan jenis makanan yang dimakan, dan sebagainya. Bahkan semasa manusia berada dalam kandunganpun mereka dipengaruhi oleh budaya (misalnya lewat upacara tujuh bulanan) atau setelah mereka mati (dimakamkan dengan cara tertentu). Struktur sosial itulah yang dianggap penting oleh pendekatan struktural, karena itu mempengaruhi manusia berpikir, berperilaku dan mewarnai identitas mereka. Pendeknya manusia dikontrol oleh (struktur) masyarakat di luar dirinya sendiri. Jadi masyarakat tetap dianggap statis.
b.      Teori Behavioral dan Kognitif
Asumsi teori ini tentang hakikat dan cara menemukan pengetahuan juga sama dengan aliran strukturalis dan fungsional. Perbedaannya hanyalah terletak pada fokus pengamatan serta sejarahnya. Teori-teori strukturalis dan fungsional yang berkembang dari sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur sosial dan budaya. Sementara teori-teori behavioral dan kognitif yang berkembang dari psikologi dan ilmu-ilmu pengetahuan behavioralis lainnya, cenderung memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya yang terkenal adalah tentang model S-R (stimulus-response)
Teori-teori dalam perpektif ini mengutamakan analisis variabel. Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasikan variabel-variabel kognitif yang dianggap penting, serta mencari hubungan korelasi di antara variabel. Analisis ini juga menguraikan tentang cara-cara bagaimana variabel-variabel proses kognitif dan informasi menyebabkan atau menghasilkan tingkah laku tertentu.
Komunikasi menurut pandangan teori ini dianggap sebagai manifestasi dari tingkah laku, proses berpikir, dan fungsi bio-neural dari individu. Oleh karenanya, variabel-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap sarana kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada di luar kontrol dan kesadaran orang tersebut.
c.       Teori Konvensional dan Interaksional
Teori-teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan­-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi menurut teori ini, dianggap sebagai alat perekat masyarakat. Kelompok teori ini berkembang dari aliran pendekatan “interaksionisme simbolik” sosiologi dan filsafat bahasa ordiner. Bagi teori ini pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi.
Fokus pengamatan teori-teori ini tidak terhadap struktur tetapi tentang bagaimana bahasa dipergunakan untuk membangun struktur sosial, serta bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi, dipelihara serta diubah dalam penggunaannya. Makna menurut pandangan teori ini tidak merupakan suatu kesatuan objektif yang ditransfer melalui komunikasi, tetapi muncul dari dan diciptakan melalui interaksi. Makna pada dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh melalui interaksi. Oleh karenanya makna dapat berubah dari waktu ke waktu, dari konteks ke konteks, serta dari satu kelompok sosial ke kelompok lainnya.
d.      Teori -Teori Kritis dan Interpretif
Gagasan teori-teori ini banyak berasal dari berbagai tradisi seperti sosiologi interpretif, pemikiran Max weber, phenomenology dan hermeneutics, Marxisme dan aliran “Frankfurt School”, serta berbagai pendekatan tekstual seperti teori-teori retorika, “biblical” dan kesusasteraan. Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali populer di negara-negara Eropa.
Secara umum kedua jenis teori ini mempunyai karakteristik umum.
·         Penekanan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual. 
·         Makna atau meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai “meaning centered” atau dasar pemahaman makna. Dengan memahami makna dari suatu pengalaman, seseorang akan menjadi sadar akan kehidupan dirinya. Dalam hal ini bahasa menjadi konsep sentral karena bahasa dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia.
Selain persamaan, kedua jenis teori ini mempunyai perbedaan, antara lain: pendekatan teori interpretif cenderung menghindarkan sifat-sifat preskriptif dan keputusan-keputusan absolut tentang fenomena yang diamati. Pengamatan (observations) menurut teori interpretif, hanyalah sesuatu yang bersifat tentatif dan relatif. Sementara teori-teori kritis (critical theories) lazimnya cenderung menggunakan keputusan-keputusan yang absolut, preskiptif dan juga politis sifatnya.
2.        Teori-Teori Kontekstual (Contextual Theories)
Berdasarkan konteks atau tingkat analitisnya, teori-teori komunikasi secara umum dapat dibagi dalam lima konteks atau tingkatan, sebagai berikut:
1.        Komunikasi Intrapribadi. Proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Teori-teori intrapribadi umumnya membahas mengenai proses pemahaman, ingatan, dan interpretasi terhadap simbol-simbol yang ditangkap melalui pancaindra. 
2.        Komunikasi Antarpribadi. Komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, dll merupakan contoh komunikasi antar pribadi. Teori-teori komunikasi antar pribadi umumnya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.
3.         Komunikasi Kelompok. Memfokuskan pembahasan pada interaksi di antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Teori komunikasi kelompok antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan. 
4.        Komunikasi Organisasi. Menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasan teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi. 
5.        Komunikasi Massa. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Teori-teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek­aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individu.
B.       Informasi
Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan oleh orang untu menambah pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada. Informasi bagi setiap elemen akan berbeda satu sama lain sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
C.      Komunikasi Informasi dalam Organisasi.
1.         Makna dan Kendala Memperoleh Informasi.
Demi menjamin kelangsungan hidup suatu organisasi, informasi yang dibutuhkan perlu tersedia pada waktu yang tepat. Informasi dibutuhkan baik dalam rangka memformulasikan rencana. Selain itu pimpinan membutuhkan arus informasi yang bersinambung dari setiap pihak yang ada kaitannya dengan organisasi, agar dapat meninjau ulang program yang telah disusun, terutama dalam situasi yang senantiasa mengalami perubahan yang sangat cepat. Hanya dengan cara inilah kelangsungan hidup organisasi dapat dipertahankan.
Pengakuan dan pemahaman tentang pentingnya informasi bagi pimpinan organisasi disadari setiap orang, namun untuk memperolehnya terutama pada masa kini merupakan tugas berat dan sangat sulit sebab :
a.         Pimpinan semakin terasing dari factor produksi yang ada sehingga kontak langsung dengan bawahan, mesin, dana yang dikelolanya semakin berkurang. Hal ini terjadi karena terhalang orang lain, system pencatatan yang semakin rumit maupun semakin kompleksnya saluran komunikasi yang tersedia.
b.        Makin besarnya organisasi yang dipimpin membuat pimpinan semakin dilibatkan pada hal-hal yang bersifat global. Hal demikian dialami baik pada lingkungan industry, pemerintahan, perdagangan, transportasi, dan sebagainya.
c.         Keputusan yang diambil makin kompleks sebab banyak factor yang perlu dipertimbangkan. Perlu dipertimbangkan relasinya dengan pemerintah, serikat kerja, kelompok konsumen, bank, dan sebagainya. Pimpinan harus sensitive terhadap perubahan tehnologika, ekonomikal, sociological, maupun perundang-undangan. Secara singkat pimpinan harus tanggap terhadap setiap perubahan sebab perubahan itu merupakan sumber potensial informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.
d.        Tingkat perkembangan akhir-akhir ini semakin cepat. Hal itu membawa implikasi tertentu bagi pimpinan pada masa kini, dalam artian mereka bukan hanya memandang perubahan sebagai masalah yang perlu ditanggulangi agar dapat dipertahankan posisi yang mantap, melainkan berposisi juga sebagai penyebab perubahan dan menata proses perubahan tersebut.
Kesulitan memperoleh informasi karena berbagai factor sebagaimana dikemukakan bukan bermaksud agar pimpinan lalu bertindak masa bodoh. Informasi yang diperlukan mutlak perlu dicari sebab tersedianya informasi dalam jumlah yang memadahi dan pada waktu yang tepat merupakan kunci keberhasilan organisasi. Yang diperlukan adalah penataan internal organisasi agar mampu menyediakan dan mengelolah data menjadi informasi, serta menata saluran komunikasi agar dapat berlangsung secara tepat dan cepat. Mengingat penyajian informasi umumnya adalah tanggungjawab seorang manajer kantor/ administrative, maka penataan tentan perkantoran merupakan aspek yang tidak dapat dilupakan.
2.         Penataan Perkantoran Organisasi.
Banyak orang masih terjerumus pada anggapan keliru bahwa pekerjaan kantor/ administrasi merupakan tugas sepele. Seolah-olah hanya sekedar tukang stempel, tukang mengetik, bundle membundel, dan sebagainya. Sehingga banya persepsi dalam masyarakat, pimpinan kantor adalah pegawai kelas kambing. Dapat dijabat oleh siapa saja asal dapat membaca dan menulis.
Anggapan demikian sebenarnya keliru terutama pada saat ini. Pimpinan kantor bertanggungjawab atas segala data, data selain harus dikelola secara baik juga harus diolah secara benar agar menjadi informasi pada waktu yang tepat. Berpangkal dari kenyataan ini, pimpinan kantor pada saat ini serta kantornya perlu mendapat perhatian khusus agar mampu melaksanakan tugas secara optimal. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah :
a.         Personalia pimpinan kantor.
b.        Peralatan kantor
c.         Penetapan kantor
d.        Suasana kantor
e.         Pegawai kantor
f.         Posisi keorganisasian
g.        Penempatan data.
3.         Komunikasi Informasi Dalam Organisasi
Dalam setiap organisasi, setiap pimpinan tanpa memandang tingkat, senantiasa berhadapan dengan manusia, baik dengan pegawai organisasi maupun pihak luar. Interaksi relasi dengan semua pihak perlu dibina dan ditingkatkan, melalui komunikasi yang baik. Itulah sebabnya para pimpinan organisasi digolongkan sebagai komunikator dan komunikan yang baik. Agar perannya sebagai komunikator/komunikan dapat berfungsi baik, pimpinan perlu mencari temukan metoda dab teknik komunikasi yang dirasa paling sesuai dengan kebutuhan.
Komunikasi terutama bagi pimpinan sangat membantu dalam pelaksanaan tugas. Sebagai pusat organisasi, mengingat dia berada ditengah-tengah jaringan kontak disemua pihak, pimpinan seharusnya mengetahui lebih banyak tentang organisasi disbanding dengan siapapun. Pimpinanlah yang mengkomunikasikan informasi kepihak luar dan bawahan serta menerima informasi pihak-pihak yang berkaitan. Berkaitan dengan posisinya sebagai pusat syaraf organisasi, pimpinan perlu mengembangkan pusat informasi dan membina saluran informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Peranan informasional pimpinan organisasi mencakup :
1.        Peranan Monitor. maksudnya pimpinan perlu memandang lingkungan sebagai sumber informasi dan berupaya mencarinya.
2.        Peran menyebar. berkaitan dengan fungsi menyebar informasi yang ada/ diperoleh kepada semua pihak yang terlibat khususnya dalam organisasi agar dimnfaatkan demi organisasi.
3.        Peran juru bicara. Berkaitan dengan penyebaran informasi kepada pihak luar, baik yang mempunyai ikatan langsung/ incidental, demi pengembangan organisasi lebih lanjut.
Dalam upaya mencari dan menyebarkan informasi, pimpinan organisasi dapat melakukannya dengan berbagai komunikasi :
a.         Komunikasi Internal yaitu mengacu pada pihak-pihak yang ada dalam organisasi.
b.        Komunikasi eksternal yaitu mengacu pada komunikasi antara pimpinan organisasi dengan pihak luar organisasi. Pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pimpinan sendiri atau diserahkan kepada pimpinan Humas.






BAB III
PUNUTUP
A.      Kesimpulan
Dalam kehidupan organisasi, komunikasi memegang peranan penting untuk kelancaran proses penyebaran informasi diantara para anggota organisasi itu sendiri. Komunikasi diantara para  anggota organisasi adalah hal penting untuk keefektifan fungsi-fungsi dalam organisasi. Masing-masing bagian yang saling berkaitan tidak akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila tidak ada komunikasi yang baik pula terhadap mereka. Dengan adanya komunikasi yang terorganisasi dengan baik, maka informasi yang ada akan dapat diterima dengan masing-masing pihak dengan lancer tanpa mengurangi kekurangan atau kelebihan informasi. Salah satu tantangan besar dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluru bagian organisasi.
Peranan komunikasi tersebut berkaitan dengan peranan atasan yang mendominasi komunikasi untuk menyebarkan informasi kepada bawahannya. Atasan dituntut untuk mampu memberikan informasi yang akurat kepada bawahan dan selalu memperhatikan kebutuhan bawahan akan informasi.
B.       Saran
Untuk meningkatkan komunikasi, pimpinan perlu meningkatkan penggunaan saluran komunikasi formal secara berkala sehingga diharapkan terjalin rasa kekeluargaan dan adanya saling terbuka satu sama lain. Selain itu jumlah media komunikasi yang masih dirasa kurang memadai. Dengan meningkatkan media saluran informasi, maka komunikasi lebih efektif antara pimpinan dan bawahan, sehingga pegawai lebih memperlancara proses komunikasi yang pada akhirnya pegawai dapat meningkatkan komitmennya dalam organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Siagan Herbangan. 1994. Sistem Informasi Manajemen. Satya Wacana. Semarang.
My Blog. Komunikasi dalam Organisasi. (on-line  http://dhogerz.wordpress.com/2010/10/21/komunikasi-dalam-organisasi/)